BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia komunikasi sudah semakin berkembang. Pemberitaaan dari segala aspek kehidupan sudah semakin marak. Informasi dapat diperoleh dari berbagai media baik media cetak maupun media televisi. Hal tersebut diakibatkan karena adanya upaya dari para pelaku bisnis baik pihak swasta maupun pemerintah/birokrasi yang berusaha untuk menyediakan sarana dan prasarana bisnis melalui berbagai macam usaha terutama dengan adanya kebijakan-kebijakan yang banyak dilakukan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan banyaknya pelaku bisnis maka perlu ditempuh langkah-langkah atau tindakan untuk pemenuhan kebutuhan akan sarana komunikasi sebagaimana hal yang tersebut di atas maka langkah yang perlu diambil adalah penyediaan suatu wadah informasi yang dapat menjadi perantara komunikasi dalam pemberian informasi di segala bidang kepada masyarakat yaitu berupa Perancangan Kantor Media Cetak.
Kehadiran kantor media cetak merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung kemajuan suatu negara atau daerah. Di kota-kota besar kehadiran kantor media cetak sangat diperlukan karena segala macam informasi terbaru dapat diperoleh melalui media cetak baik ekonomi, sosial, politik, maupun hiburan.
Media cetak yang ada di Gorontalo ini sudah semakin banyak dan sedang berkembang. Awal berdirinya kantor media cetak pertama adalah sebuah media penerbitan group Jawa Pos yang ada di Manado, yakni harian Manado Pos, pada awal tahun 2000 sebagai perusahaan yang sudah eksis di dunia media cetak merencanakan akan mengadakan ekspansi dengan membuat anak perusahaan media di Gorontalo.
Seiring dengan rencana ekspansi tersebut, pada saat itu sedang gencar-gencarnya masyarakat Gorontalo memperjuangkan agar Gorontalo yang pada saat itu merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi Utara menjadi daerah pemekaran Propinsi baru, dan akhirnya Gorontalo saat itu telah disahkan sebagai Propinsi baru dengan nama Propinsi Gorontalo.
Dalam waktu beberapa bulan, Manado Pos telah mempersiapkan diri baik dari segi nama, lokasi kantor, prasarana media, maupun sumber daya manusia. Akhirnya sesuai dengan salinan akta notaris didirikanlah badan Usaha Perseroan Terbatas dengan nama PT. Gorontalo Cemerlang, sebuah badan usaha yang bergerak di bidang penerbitan pers dengan nama Harian Gorontalo.
Mengingat prasarana pers berupa kantor media cetak di Gorontalo oleh karena itu perlu adanya Perancangan Kantor Media Cetak yang memadai, yang dapat mendukung kemajuan dunia komunikasi yang ada di Propinsi Gorontalo.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang akan timbul nantinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mengungkapkan program perancangan Kantor Media Cetak yang akan dibangun sebagai sarana hiburan, pendidikan, dan Imu Pengetahuan, sehingga menjadikan suatu perencanaan yang teratur dan dapat diterima seluruh lapisan masyarakat di Propinsi Gorontalo.
2. Bagaimana menampilkan/menghadirkan fisik bangunan yang mampu memberikan identitas Kantor Media Cetak sebagai media elektronik yang sudah memasyarakat.
3. Bagaimana sistem perancangan struktur dan utilitas yang sesuai untuk bangunan Kantor Media Cetak.
berdasarkan indentifikatif masalah di atas, maka dirasa perlu diadakannya pembangunan sebuah Kantor Media Cetak yang representative dalam satu lokasi, lengkap dengan segala fasilitas penunjangnya. Kantor Media Cetak tersebut harus layak digunakan dan dapat menampung semua kegiatan operasional yang dapat meningkatkan efisiensi pekerjaan sehingga hasilnya dapat mewadahi kebutuhan akan hiburan dan informasi bagi masyarakat gorontalo. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan membangun sebuah bangunan Kantor Media Cetak berbasis lokal.
C Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan Penulisan
a. Menyusun suatu acuan perencanaan pembangunan Kntor Media Cetak yang sesuai tuntutan dan fungsinya sehingga dapat diaplikasikan kedalam bentuk desain.
b. Menampilkan/menghadirkan fisik bangunan yang mampu memberikan identitas Kantor Media Cetak sebagai media yang sudah memasyarakat.
c. Menganalisa struktur dan utilitas yang sesuai untuk bangunan Kantor Media Cetak.
2. Sasaran Penulisan
a. Masyarakat umum dapat memperoleh suatu informasi yang berkualitas dan bermutu.
b. Mendorong berkembangnya investasi dengan adanya informasi yang baik dan benar tentang kondisi daerah Gorontalo.
c. Sebagai ajang promosi sumber daya daerah Provinsi Gorontalo, yang akan mengundang minat para investor swasta.
d. Pengaturan sistim sirkulasi dari semua pemakai dengan jelas dan efektif.
D. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan dibatasi pada aspek-aspek arsitektur dalam perencanaan dan perancangan suatu Kantor media cetak serta penambahan aspek lain secara aspek lain secara garis besar yang berhubungan dengan pembahasan sebagai bahan dasar dan bahan pertimbangan.
E. Metode dan Sistematika Penulisan
1. Metode Penulisan
Adapun Metode penulisan yang dilakukan adalah:
a. Pengumpulan Data.
Guna mendukung penyusunan laporan ini, data dan informasi diperoleh melalui:
1) Studi Lapangan.
Tinjauan ke lokasi yang akan dibangun objek rancangan. Mempelajari karakteristik dan potensi dari lokasi site yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan objek, seperti:
· Melakukan survei lapangan.
· Mengamati lokasi yang baik untuk perencanaan Pembangunan Kantor Media Cetak.
· Mengamati lingkungan yang baik sekitar tapak guna menunjang perencanaan dan perancangan.
2) Studi Literatur.
Mempelajari hal-hal yang terkait dengan objek rancangan melalui buku-buku tentang media cetak dan pers, dan melalui file-file di internet yang menyangkut tentang media cetak.
3) Studi Banding.
Melakukan perbandingan dan pengamatan langsung pada objek-objek yang sejenis, mengamati kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan objek rancangan, kebutuhan ruang, dan sistem operasional
4) Wawancara.
· Melakukan Tanya Jawab denga pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan objek rancangan.
b. Analisa Data.
c. Sintesa.
d. Acuan/Konsep Perancangan.
2. Sistematika Penulisan
Adapun sistimatika penulisan adalah mengemukakan gambaran secara garis besar tentang isi penulisan yang dituangkan pada setiap babnya yaitu:
BAB I : Adalah merupakan tahap pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metode penulisan, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Merupakan tahap deskripsi objek desain secara umum sebagai suatu pendekatan. Berisikan telaah tinjauan pustaka yang mengungkapkan kerangka acuan komprehensip yang terdiri dari aspek non Fisik berupa pengertian, tujuan dan status proyek serta studi banding terhadap objek yang sejenis.
BAB III : Memuat konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah atau dalam mengembangkan/menghasilkan rancangan produk yang diharapkan berupa Tata Ruang Makro maupun Tata Ruang Mikro.
BAB IV : Berisikan tentang kesimpulan dan saran yang disertai dengan daftar rujukan lampiran dari hasil perencanaan objek desain.
F. Proses Desain
Gambar 1.1 Proses Desain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian, dan Fungsi Kantor Media Cetak
1. Pengertian Kantor Media Cetak
Pengertian dari objek ini sendiri ditinjau dari etimologi kata dapat diartikan sebagai berikut:
a. Kantor
· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Suatu wadah atau tempat untuk mengolah berita kemudian di cetak dan di pasarkan
b. Media.
· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Suatu layanan tempat untuk informasi
c. Cetak.
· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Membuat suatu gambar atau bentuk sesuai dengan keinginan
d. Di Kota Gorontalo
· Nama lokasi objek perancangan atau berada di Kota Gorontalo.
Jadi, pengertian judul objek secara keseluruhan dapat disimpulkan, yaitu:
“Kantor Media Cetak adalah suatu bangunan untuk kegiatan penerbitan dan percetakan media koran untuk melakukan kegiatan mengolah dan menyimpan data atau berita.”
2. Fungsi kantor media cetak
· Memberikan informasi, pendidikan dan sebagai media baca bagi masyarakat.
· Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pembangunan dan pemerintah.
· Memberikan wadah sebagai pengembangan kreatifitas dari masyarakat dan menyalurkannya.
· Menunjang program pembangunan yang bertindak sebagai dinamisator keikutsertaan masyarakat.
3. Sistem Operasional Kantor Media Cetak
Untuk menghasilkan sebuah Berita yang dilakukan di dalam Redaksi, seluruh kegiatan berita yang didapat dari para wartawan dan beberapa reporter,untuk di sampaikan ke redaksi sehingga redaksi dengan fropesional mengolah berita.
Untuk menerbitkan sebuah berita para redaksi dan direktur redaksi harus miting marathon untuk membahas berita yang akan di terbitkan, sehingga antara ruang redaksi dengan direkturnya tidak bisa berjauhan dan harus satu ruangan dan hanya di batasi sekat setinggi bahu.
Setelah berita sudah mantap dimasukan keruang Percetakan, di rung percetakan ada tiga ruang lagi:
1. Ruang Paste Up
Yang befungsi untuk meng Copi berita yang akan di cetak ke Flatt cetak
2. Ruang Pencucian
Yang berfungsi sebagai mencuci Flatt Cetak kemudian dimasukkan ke
Dalam mesin cetak
3. Ruang Mesin
Rung Mesin ini berfungsi untuk mesin cetak dan mesin potong koran.
Setelah di potong koran tersebut sudah jadi dan di masukkan ke ruang –
Sirkulasi untuk di perpak dan di bagikan ke Loper-loper
Gambar 2.1 Ruang Paste Up
Gambar 2.2 Ruang Mesin
Gambar 2.3 Ruang Pencucian
4. Gambaran Umum Rancangan
1. Pemilik
Seperti dikemukakan sebelumnya, Media Cetak Gorontalo Post ini milik perusahaan swasta, dalam hal ini adalah sebuah perusahaan/perseroan terbatas. Karena itu didirikannya Media Cetak Gorontalo Post ini berdasarkan seluruh kegiatannya adalah untuk mengusahakan keuntungan secara financial bagi badan usaha tersebut.
Ada dua hal yang yang sangat terpengaruh oleh status kepemilikan ini. Yang pertama adalah komposisi acara-acaranya yang lebih banyak berorientasi pada hiburan, agar dapat menarik penonton. Yang kedua adalah tampilan Arsitektural Bangunan itu sendiri. Hal ini mengingat pemilik akan mengusahakan agar bangunannya tampil sebagai bangunan umum yang menarik.
2. Aspek Finansial
Maksudnya adalah pendanaan yang meliputia biaya untuk modal mendirikan keseluruhan sarana dan juga biaya untuk pemeliharaan pada waktu mencapai tahap operasional. Sebagai sebuah instansi milik badan usaha swasta, maka sebuah biaya untuk modal awal dan ongkos operasional Kantor Medi Cetak Gorontalo Post ini didapatkan dari Jawa Post Group. Dengan harapan setelah Gorontalo post ini didapatkan juga dari sumber lain yaitu pemasang iklan.
3. Pengelola
Pengelolaan ini dilakukan langsung oleh badan usaha pemiliknya, lengkap dengan hierarki managemen strategisnya, taktis dan operasional.
B. Struktur Organisasi
Secara organisasi, maka Media Cetak Gorontalo Post ini terdiri dari atas bidang-bidang :
1. Direktur
Tugasnya sebagai pengatur manajemen terbatas dalam keseluruhan mekanisme kerja, yang merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan seluruh kegiatan penerbitan..
2. General Manager
Tugasnya melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang sedang berjalan.
3. Divisi pemasaran
Tugasnya melakukan pemantauan terhadap Koran yang laku terbeli dan yang tidak laku
4. Divisi Iklan
Tugasnya membuat iklan –iklan yang sudah melakukan kontrak
5. Divisi Keuangan
Tugasnya melakukan control terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Trnsaksi Atau Keuangan
6. Divisi Percetakan
Tugasnya melakukan penerbitan atau percetakan Koran
7. Pimpinan Redaksi
Tugasnya Bertanggung Jawab Untuk seluruh penerbitan, Isi dan Berita
8. Redaktur Pelaksana
Bertugas sebagai Pelaksana harian seluruh Isi dan Berita
9. Koordinator Liputan
Bertugas untuk Mengkoordinir peliputan Berita yang di distribusikan dari redaktur/reporter
10. Redaktur
Bertugas sebagai yang bertanggung jawab atas halaman dan editing terhadap berita dari karyawan
11. Reporter
Bertugas sebagai membuat berita
Secara diagramatis, hubungan organisasi tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Struktur Organisasi
C. Persyaratan Teknik
1. Pengendalian Bising
Kontrolnya sebaiknya (mutlak) bersifat kedap suara yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatn percetakan. Untuk itu dibuat langkah-langkah pengamanan yaitu perlindungan terhadap suara yang tidak diingini dengan cara:
· Perletakan ruang yang peka suara di tengah-tengah sehingga tidak terganggu oleh noise dari luar bangunan.
· Ruang-ruang yang peka terhadap kebisingan dibuat kedap suara dengan berbagai cara, misalnya:
- Jendela double-glass
- Dinding berlapis
- Pintu berlapis sel
a. Bising oleh Sistem Plumbing
Bising oleh sistem plumbing ini biasanya datang dengan melewati pipa-pipa air. Cara-cara untuk pencegahan bising karena pipa plumbing ini yang terbaik adalah dengan meredam bising tersebut langsung dari sumbernya. Berbagai cara yang dapat ditempuh:
· Pemasangan pipa pada plumbing jauh dari daerah yang tenang.
· Penggunaan peralatan yang bekerja dengan tenang sehungga bukan bising yang dirambatkan.
· Penggunaan bahan fleksibel (karet, kain, plastik) untuk bagian pipa yang bersentuhan dengan peralatan atau dengan struktur bangunan.
b. Bising oleh Sistem AC dan Ventilasi
· Noise yang berasal dari mesin.
· Noise yang berasal dari ruang-ruang lain yang terletak pada satu jaringan ducting dan dibawa oleh aliran udara.
Cara-cara yang dapat ditempuh untuk menghindari noise tersebut adalah:
· Noise yang berasal dari mesin AC dapat dicegah dengan penggunaan bahan pencegah noise terutama pada pertemuan pipa atau ducting dengan mesin AC dan dengan struktur.
· Noise yang berasal dari kegiatan di ruangan yang lain dapat diatasi dengan penggunaan semacam “Soundlock” di ujung supply duct maupun return duct.
c. Bising oleh Getaran
Disebabkan oleh getaran mekanis dari peralatan seperti unit ventilasi dan AC, kipas angin, Genset, Mesin Cetak, pompa, dan lain-lain.
Cara-cara untuk pencegahan bising oleh getaran mekanis ialah:
· Penggunaan sambungan fleksibel pada pertemuan pipa dengan mesin atau pipa dengan struktur.
· Untuk landasan mesin di ruang mesin digunakan lantai terapung yang dilengkapi pegas.
· Penggunaan bahan penyerap suara untuk dinding ruang mesin sebelah dalam.
· Penggunaan bahan penyerap untuk bagian dalam pipa.
· Gantungan berpegas untuk menggantung pipa.
2. Bukaan dan Pencahayaan
a. Bukaan
Untuk ruang-ruang dengan kegiatan yang bersifat administrasi dan perkantoran biasanya berlangsung pada siang hari. Maka perlu dipertimbangkan untuk membuat bukaan pada ruang-ruang tersebut yang memungkinkan masuknya sinar matahari sebagai penerangan alamiah (natural lighting) sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari pada ruang-ruang tersebut. Hal ini berarti penghematan energi akan tetapi dalam perhitungan pembukaan tersebut perlu diperhatikan pula kemungkinan panas yang dihasilkan.
b. Pencahayaan (Lighting)
Untuk sebuah Gedung Media Cetak maka akan dibicarakan tentang pencahayaan, yaitu:
· Pencahayaan umum (general lighting).
1) Pencahayaan Umum
Adalah pencahayaan yang berfungsi untuk penerangan biasa guna membantu kegiatan-kegiatan yang berlangsung di malam hari atau menyangkut peralatan-peralatan yang sensitif. Pencahayaan umum disini adalah yang menggunakan tenaga listrik berupa lampu pijar maupun fluorocent. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan umum adalah:
· Refleksi cahaya oleh plafond dan dinding.
· Kebutuhan dan persyaratan ruang yang memadai sesuai dengan kegiatan dalam ruang tersebut.
· Lampu yang dipergunakan. Jenis, kuantitas dan kualitasnya.
· Ukuran ruang yang memerlukan penerangan tersebut.
· Titik kedudukan dan ketinggian lampu.
· Cara pemasangan lampu dengan mempertimbangkan faktor operasional dan pemeliharaan.
3. Prinsip Penerangan Lampu Dalam Ruang Media Cetak
Pada sebuah Media Cetak akan terlihat berbagai jenis lampu dalam berbagai potensi, dalam jumlah yang banyak ada beberapa jenis penerangan yang paling prinsipil yaitu:
a. Fill Light
Adalah suatu pencahayaan pelengkap dan berfungsi untuk mengurangi bayangan yang diakibatkan oleh key light.
Dalam pelaksanaannya di studio ketiga jenis pencahayaan ini dilakukan dengan menggunakan spotliht yang cukup banyak dibantu oleh penerangan yang tidak prinsipil yaitu:
· Eye light
· Cross light
· Hair light
· Cloths light
Fungsinya untuk membantu aktifitas operasional dalam Ruang Redaksi dan aktifitas antar manusia.
4. Hubungan dengan Ruang lainya
Peralatan yang digunakan:
· Telepon: digunakan untuk penukaran informasi secara lisan dalam jarak jauh dengan sistem hitung atau PABX.
· Telex: untuk penyampaian informasi tertulis dalam jarak jauh.
5. Hubungan dalam
· Jendela double glass
Masuk keluarnya seseorang pada saat berlangsungnya kegiatan Miteng akan mengganggu konsentrasi. Oleh karena itu dipasangnya jendela double glass yang memungkinkan terjadinya komunikasi tanpa akustik ruang harus terganggu. Dipasang pada dinding ruang kontrol-kontrol koridor atau ruang kontrol.
· Light signal
Cara komunikasi dengan menempatkan lampu atas pintu ruang tertentu untuk memberitahukan kegiatan di dalamnya ada atau tidak. Tanda-tanda ini dipasang pada ruang-ruang Meetig Redaksi, kontrol dan percetakan.
· Intercom
Adalah alat komunikasi percakapan dua area dalam satu bangunan. Digunakan untuk alat komunikasi antara ruang tanpa harus saling bertemu, menghubungi seseorang di dalam ruang yang satu dan yang lain.
6. Sistem Penghawaan Buatan
Untuk ruang-ruang yang bersifat kegiatan administrasi dan perkantoran diusahakan untuk terletak menghadap arah angin, dengan bukaan yang optimal, sehingga dapat diwujudkan bangunan yang hemat energi.Akan tetapi ruang yang terasa panas sehingga penghawaan buatan harus ada. Dalam penentuan sistem penghawaan yang digunakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:
· Temperatur dan kelembaban relatif yang disyaratkan.
· Beban pendingin/cooling load.
· Waktu/jangka waktu kegiatan.
· Tata letak ruang yang memerlukan pendingin udara.
· Sistem pendingin yang dapat digunakan.
· Window system
· Spiit system: package
· All air
· Water cooled
· Fan oil
· AHU
7. Sistem Fire Protection
Peralatan dalam Ruang Percetakani adalah peralatan yang peka dan digunakan aliran listrik yang besar sehingga memudahkan terjadinya kebakaran. Untuk itu perlu dipikirkan alat-alat pencegah kebakaran. Alat-alat yang perlu disediakan untuk menanggulangi kecelakaan.
a. Peralatan pemadam kebakaran api. Terdiri atas:
Tabung pemadam kebakaran (fire extinguisher) dengan bahan:
· Air
· Gas (CO2)
· Serbuk/powder
· Busa/foam (halon)
· Sprinkler sistem
· Fire house
· Fire hydrantalatan
b. Fire escape (pintu cahaya).
c. Komunikasi yang lancer dengan stasiun PMK.
Langkah-langkah pengamanan:
1) Membentuk compartment sehingga bila terjadi kebakaran dapat dilokalisir, dalam hal ini berupa ruang luar yang memberikan jarak antar masa bangunan.
2) Membentuk jarak yang cukup dari bangunan tetangga untuk mencegah menjalarnya api dalam site ke luar site.
3) Penyediaan peralatan teknis.
4) Fire hydrant pada sekitar gedung.
5) Pemasangan sprinkler pada plafond kantor dan ruang-ruang penunjang lainnya.
6) Pemasangan sprinkler gas pada ruang studio dan ruang kontrol serta gedung transmitter.
8. Sistem Power Supply
Untuk menggerakan peralatan-peralatan sebuah studio, dibutuhkan energi yang berasal dari sumber listrik. Dalam hal ini listrik tersebut diperoleh dari sumber PLN dengan penggunaan generator (genset)sebagai sumber cadangan.
Sumber tenaga PLN dan kapasitas genset yang dibutuhkan dapat diketahui dari perhitungan jumlah pemakaian listrik. Untuk sebuah kompleks Media Cetak diperkirakan dibutuhkan daya sebesar 1000 KVA atau lebih. Untuk itu listrik sebesar itu tentu saja dibutuhkan sebuah trafo penurun tegangan sendiri didalam kompleks. Sumber tenaga untuk perlengkapan elektonik harus dipisahkan dari pelayanan perlengkapan bangunan.
Generator harus dipertimbangkan untuk melengkapi kontunitas pada pemancar ruang kontrol utama dan lain-lain. Untuk itu perlu dipertimbangkan penggunaan UPS (Uninterrupted Power Supply).
D. Studi Banding
1. Harian Gorontalo Post
Gambar 2.5 Harian Gorontalo Post
Harian Gorontalo Post ini terletak di Kecamatan Kota Utara tepatnya di Jalan Nani WartaBone. Bangunan ini merupakan Kantor Harian Gorontalo Post Pada mulanya bangunan ini hanya rumah biasa tetapi karena tuntutan perkembangan provinsi, maka Harian Gorontalo ini diupayakan untuk menjadi sebuah Kantor Media Cetak Gorontalo Post Yang memenuhi standar Media cetak dengan ruang-ruang sebagai berikut:
· Ruang Iklan.
Ruangan yang digunakan untuk menerima iklan dari masyarakat dan membuat iklan.
· Ruang Percetakan.
Ruangan ini di gunakan untuk melakukan proses PASTE UP - PENCUCIAN dan PERCETAKAN
Gambar 2.6 Ruang Iklan Harian Gorontalo Post
Gambar 2.7 Ruang Percetakan
· Ruang sirkulasi
Ruang ini tidak bisa jauh dari ruang percetakan karena setelah percetakan koran tersebut langsung di bawah ke sirkulasi untuk di perpak dan di bagikan kepada loper dan penjual koran
· Ruang respsionis
Ruang ini di gunakan untuk segala pengurusan administrasi
· Ruang Redaksi
Ruang ini di gunakan untuk melakukan kegiatan olah berita
Gambar 2.8 Ruang Redaksi
2. Kesimpulan Studi Banding
Dari kegiatan studi banding yang dilakukan, diperoleh data-data mengenai kantor media cetak yang akan menjadi acuan dalam proses perancangan Kantor Media Cetak Gorontalo Post di Kota Gorontalo. Data–data yang diperoleh dari hasil studi banding tersebut, dianalisa kemudian diambil kesimpulannya.
Dalam pembangunan kantor media cetak gorontalo post, dibutuhkan keberadaan ruang–ruang yang sangat penting dalam sebuah media cetak. Dari hasil studi banding, didapat beberapa ruangan utama yang merupakan standart kebutuhan ruang sebuah media cetak. Ruang–ruang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ruang percetakan
· Ruang ini digunakan untuk mencetak koran
2 .Ruang Paste up
3 Ruang pencucuan
4. Gudang arsip
· Arsib Data Keuangan dan administrasi
· Arsib Berita/koran
5. Ruang Redaksi
Ruang yang digunakan untuk mengetik dan mengedit berita .adapun ruangan-runagn tersebut antara lain:
· Ruang Pimpinan Redaksi
· Ruang Redaksi
BAB III
KONSEP PERANCANGAN
A. Lokasi
1. Pengenalan Lokasi
Kota Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi yang berada pada posisi 000 28’ 17”- 000 35’ 56” LU dan 1220 59’ 44”- 1230 05’ 59” BT. Dilihat dari letak Geografisnya, Gorontalo mempunyai posisi yang sangat strategis karena berada di Teluk Tomini yang menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan, pusat pendidikan, dan pelayanan jasa lainnya. Ibukota Propinsi Gorontalo mempunyai jumlah penduduk sekitar 156.390 jiwa
Gambar 3.1 Peta Kota Goirontalo
2. Penentuan Lokasi
Lokasi objek rancangan dikaji berdasarkan orientasi site, lingkungan pendukung dan rencana pengembangan Bagian Wilayah Kota (BWK), dengan pembagian sebagai berikut :
Gambar 3.2 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kota Gorontalo Berdasarkan RTRW Kota Gorontalo Tahun 2001 – 2011
(Sumber: Buku Data dan Analisa RURTK, 2004: 3)
· BWK A : Wilayah pengembangan pusat kota peruntukan kawasan perdagangan, pemerintahan, rekreatif meliputi: wilayah kelurahan dan kecamatan di Kota Selatan dan Kota Barat antara lain: Kelurahan Limba U I, Limba U 2, Heledulaa, Limba B, Biawao, Biawu, Ipilo, dan Sebagian wilayah kelurahan Bugis (Rencana Tata Ruang Wilayah: 2001-2011).
· BWK B : Wilayah pengembangan barat, peruntukan kawasan pemerintahan, pendidikan, transportasi regional dan pemukiman meliputi: wilayah kelurahan molosipat w, Libuo, Buladu, Tuladenggi, Huangobotu, Tomulobutao dan wumialo (Rencana Tata Ruang Wilayah: 2001-2011).
· BWK C : Wilayah pengembangan timur, peruntukan kawasan industri, kerajinan dan pemukiman meliputi: wilayah kelurahan di kecamatan Kota Utara dan sebagian di Kecamatan Kota Selatan antara lain: kelurhan Dulomo, Dulomo Selatan, Wongkaditi Barat, Wongkaditi, Dembe II, Heledulaa Utara. Moodu, Tamalate dan sebagian wilayah kelurahan Padebuolo (Rencana Tata Ruang Wilayah: 2001-2011).
· BWK D : Wilayah pengembangan selatan, peruntukan transportasi laut, perdagangan meliputi: wilayah di Kecamatan Kota Selatan antara lain: kelurahan Dembe I, Lekobalo, Pilolodaa, Buliide, Tenilo, Donggala, Siendeng, Tenda, Botu, Talumolo, Leato, Leato Selatan dan Pohe (Rencana Tata Ruang Wilyah: 2001-2011).
Berdasarkan kriteria penentuan lokasi dann rencana tata ruang menurut RUTRW Gorontalo Tahun 2001-2011 di atas, maka lokasi untuk wadah Kantor Media Cetak di Kota Gorontalo adalah BWK A.
Gambar 3.3 Peta Kecamatan Kota Selatan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa Lokasi objek rancangan dikaji juga berdasarkan orientasi site dan lingkungan pendukukung.
3. Penentuan Site
a. Kriteria Penentuan Site
Penentuan site akan sangat menentukan suksesnya suatu pembangunan Kantor Media Cetak Gorontalo Post. Untuk itu maka penentuan site harus memperhatikan beberapa kriteria yang menyangkut fisik, tata lingkungan dan kebutuhannya, yang terdiri dari:
1. Ketersediaan lahan yang cukup.
2. Site terletak di wilayah pusat kota dan mudah dicapai.
3. Kondisi lingkungan sekitar site aman.
4. Site terjangkau oleh fasilitas dan utilitas kota.
b. Alternatif Penentuan Site
Berdasarkan pertimbangan diatas maka terdapat 1 (satu) alternatif site yang memiliki potensi untuk menjadi lokasi site, yaitu :
1. Site A, berada pada wilayah pengembangan timur
Gambar 3.4 Peta Alternatif Site
Gambar 3.5 site yang di pilih
Batasan Site:
· Sebelah Utara : Area Rumah Penduduk.
· Sebelah Selatan : Jln.Kartini.Optik Ceria.
· Sebelah Timur : Apotik Mega Farma.
· Sebelah Barat : Rumah Penduduk.
Potensi fisik:
· Site terletak di jalan Kartini yaitu terletak di kawasan perdagangan dan indusri
· Mudah dalam pencapaian karena berada pada Pusat kota dan tempat yang strategis
· Kondisi fisik alam site yaitu merupakan area penjualan malam yang dulunya lokasi itu adalah persawahan dan sekarang sudah mengalami penimbunan.
Infrastruktur:
Infrastruktur di sekitar site mempunyai jaringan-jaringan infrastruktur kota seperti:
· Mempunyai jaringan jalan yang relatif baik.
· Memiliki jaringan listrik dan telepon
· Memperoleh jaringan air bersih dari PDAM.
· Memiliki sanitasi (riol kota ) yang baik.
4. Analisa Site
a. Kondisi Eksisting
Lokasi pembangunan kantor media cetak ini terletak di jalan Kartini, Kelurahan Limba U1 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Dengan total luas site 50 x 39,8 m2. Sperti tampak pada gambar di atas, kondisi lokasi yang rencananya akan dibangun Kantor Media Cetak ini merupakan lahan kosong dengan kondisi tapak yang tidak terlalu berkontur. Dimana site merupakan area penjualan yang beroprasi pada malam hari.
Batas-batas Site:
· Sebelah Utara : Area Rumah Penduduk.
· Sebelah Selatan : Jln.Kartini.Optik Ceria.
· Sebelah Timur : Apotik Mega Farma.
· Sebelah Barat : Rumah Penduduk.
Potensi Site:
· Lokasi site berada pada BWK A yang menurut RUTRW Propinsi Gorontalo 2001-2011, merupakan pusat kawasan perdagangan, pemerintahan, rekreatif
· Lokasi bersinggungan langsung dengan kawasan perdagangan jasa dan area pemerintahan dengan pencapaian yang sangat baik dari pusat kota Gorontalo.
· Lokasi site tidak terlalu berkontur.
· Infra struktur di sekitar site mempunyai jaringan-jaringan infrastruktur kota seperti jaringan jalan, listrik, air bersih, sanitasi (riol kota) dan telepon.
a. Perhitungan Tapak
39,8 m
50 m
Gambar 3.6 Ukuran Site
Luas lahan = 50 x 39,8 m2 = 1989 m2
Lebar jalan 5 m, maka sempadan jalan
= ½ lebar jalan + 1
= ½ x 5 + 1 = 3,5 m
Luas sempadan jalan = 50m x 3,5m = 175 m2
Luas sempadan jalan = 70m x 3,5m = 245 m2 +
420 m2
Luas site efektif = 1989 m2 – 420m2 = 1569 m2
5. - Analisa View
Posisi bangunan terutama penempatan bukaan pada bangunan akan juga dipengaruhi oleh kondisi view di sekitar site. Hal ini juga akan berpengaruh pada orientasi bangunan dan ruang luar.
View yang ditampilkan dalam perencanaan ini mengacu pada eksisiting kawasan:
· Sebelah Utara : Area Rumah Penduduk.
· Sebelah Selatan : Jln.Kartini.Optik Ceria.
· Sebelah Timur : Apotik Mega Farma.
· Sebelah Barat : Rumah Penduduk.
VIEW KE UTARA
VIEW KE BARAT VIEW KE TIMUR
VIEW KE SELATAN
Gambar 3.9 View dari dalam dan Keluar Site
B. Analisa Pencapaian
Gambar 3.8 Analisa Pencapaian
Posisi site yang berada di sebelah selatan kota Gorontalo sangatlah strategis, hal ini memudahkan untuk pencapaian ke lokasi melalui berbagai arah. Letak site yang strategis berdekatan dengan beberapa bangunan pentimg dengan waktu tempuh sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pencapaian ke/dari Beberapa Lokasi Penting
Lokasi Penting | Jarak Tempuh | Waktu Tempuh |
Kantor Walikota Gorontalo Kampus Universitas Negeri Gorontalo Polresta Gorontalo Lapangan Taruna Remaja Pusat Perdagangan Terminal pasar sentral | + 3.5 km + 1.5 Km + 4.5 Km + 4 km + 1.5 km + 500 Meter | + 8 menit + 4 menit + 6 menit + 6 menit + 4 menit + 3 menit |
C. Analisa Kebisingan
Gambar 3.9 Analisa Kebisingan
Keberadaan tinjauan kebisingan sangat menetukan dalam penghadiran bangunan terutama dalam penempatan bangunan yang membutuhkan privasi dan keamanan yang merupakan salah satu point penting dalam sebuah kantor media cetak.
Sumber kebisingan yang tinggi pada tapak berada pada bagian selatan site yaitu berasal dari bangunan-bangunan pertokoan dan jalan raya. Kebisingan sedang berada pada bagian barat site yaitu dari arah pemukiman penduduk. Kebisingan rendah berada pada bagian timur site, karena hanya merupakan area apotik dan dokter.
Untuk mengurangi kebisingan pada bangunan antara lain: penggunaan vegetasi sebagai penyaring kebisingan, penggunaan material kedap suara pada dinding ruang-ruang tertentu yang memerlukan ketenangan, pengaturan posisi ruang khususnya ruang-ruang yang memerlukan ketenangan untuk dijauhkan dari sumber bising, dan pemanfaatan dinding pagar untuk mereduksi suara bising yang masuk ke site dan bangunan.
a. Analisa Topografi
Berdasarkan hasil survey keadaan tanah pada site yang ada yaitu tidak terlalu berkontur. Karena sebagian lahan merupakan areal penjualan dan sebagiannya lagi telah mengalami penimbunan. Dengan kondisi lahan yang demikian, akan diolah menjadi suatu site yang cocok untuk pembangunan kantor media cetak yakni diadakan pemerataan pada bagian-bagian tertentu misalnya pada bagian lahan yang akan dibangun masa bangunan. Sedangkan untuk penataan lansekap/taman dibuat berkontur.
b. Analisa Klimatologi
1) Orientasi Matahari.
Gambar 3.10 Analisa Orientasi Matahari
Untuk mengurangi panasnya matahari yang masuk ke dalam bangunan dan efek silau dari cahaya matahari, maka dilakukan:
· Membuat oversteak pada bagian jendela bangunan serta penggunaan tirai pada setiap jendela yang terkena sinar matahari langsung.
· Menanam vegetasi atau pepohonan sebagai penghalang sinar matahari ke bangunan, dan menanam tanaman penutup tanah seperti rumput/semak sebagai penangkap pantulan panas ke bangunan.
· Memberikan bukaan-bukaan untuk memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan alami. Bagian bangunan yang terkena sinar matahari langsung dimanfaatkan untuk penerangan guna mengurangi energi listrik untuk lampu. Seperti pada bagian koridor dibuat bukaan berupa jendela agar sinar matahari dapat masuk ke dalam.
2) Temperatur
Penggunaan sistem AC pada ruangan yang tertutup atau pada ruangan yang tidak memiliki jendela (bukaan) agar temperatur yang berubah-ubah tidak mengganggu aktivitas di dalam ruangan.
3) Angin dan Curah Hujan
Gambar 3.11 Analisa Arah Angin
Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, daerah Gorontalo memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Oktober-April arus angin berasal dari barat (barat laut) yang mengandung banyak uap air sehingga mengakibatkan musim hujan, sedangkan pada bulan Juni-September arus angin berasal dari timur yang tidak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau.
Angin terdiri dari angin laut dan angin darat. Angin laut terjadi pada malam hari, yaitu bertiup dari darat ke laut. Sedangkan angin darat terjadi pada siang hari, yaitu bertiup dari laut ke darat.
Kondisi klimatologi akan sangat berpengaruh terhadap rancangan dimana akan menentukan orientasi bangunan khususnya bagi penghadiran sistem penghawaan dan penerangan alami pada bangunan. Penempatannya terhadap bangunan adalah sebagai berikut:
· Pengaturan massa bangunan dan ruang-ruang yang ada di dalam bangunan, khususnya untuk ruang Redaksi dan ruang-ruang tertentu yang tidak terkena sinar matahari siang dan sore hari secara langsung.
· Mengutamakan penghijauan sebagai pelindung terhadap sinar matahari, menghindari debu dan angin yang bertiup kencang.
· Penggunaan ventilasi dan jendela untuk penghawaan alami ke dalam ruangan.
· Penggunaan bentuk atap yang sesuai dengan klimatologi.
D. Penzoningan
Penzoningan pada objek berdasarkan atas fungsi dan kegiatan, pencapaian, dan view. Sesuai dengan fungsi objek, maka pembagian zoning pada objek terbagi atas :
Gambar 3.12 Analisa Penzoningan dan Pintu Masuk
· Zona Publik
Untuk bangunan perkantoran untuk sebuah media cetak, hal ini dikarenakan agar aktivitas perkantoran tidak mengganggu kegiatan produksi, disamping itu juga akan menjadi identitas objek ini. Bangunan Kantor media cetak ini sendiri akan merupakan area terbuka bagi publik sehingga harus ditempatkan pada jalur sirkulasi utama.
· Zona Privat
Untuk bangunan Percetakan sebagai tempat kegiatan produksi/operasional merupakan area privat dalam sebuah Kantor media cetak. Karena itu dalam disain ini ditempatkan pada daerah yang menunjang bagi kegiatan tersebut.
· Zona Servis
Untuk bangunan mekanikal elektrikal sebagai bangunan penunjang ditempatkan pada jalur alternatif karena merupakan area dengan spesifikasi servis.
E. Pelaku Kegiatan
Dalam suatu Kantor Media Cetak, pihak-pihak pengguna (user) yang berkepentingan adalah Redaksi, Tehnisi Percetakan, Loper, tenaga teknisi, publik pengunjung serta pegawai administrasi dan karyawan.
1. Reporter/Redaksi
Berdasarkan sifatnya Redaksi adalah orang yang mengelola berita yang di dapat dari reporter dan bertanggung jawab atas seluruh isi dan berita yang dimuat.
2. Tenaga Teknisi
Para tenaga teknisi pada kantor media cetak ditinjau dari segi waktu kerjanya serta pembagin unit kerjanya terdiri dari 2, yaitu:
1) Bagian Produksi meliputi para teknisi yang bertugas menagani proses produksi atau percetakan, dan lain-lain.
2) Bagian engine (mesin) merupakan teknisi yang bertugas menangani proses jalanya mesin cetak, dan Genset,anatara lain petugas kontrol.
3. Pihak Sponsor
Sebagai suatu kantor media cetak, maka pendanaan operasion sebagian besar berasal dari pihak sponsor berupa kunjungan untuk melihat proses produksi dan hasil yang akan disponsorinya merupakan kegiatan yang sering terjadi, disamping juga untuk mengadakan perundingan dengan pihak pengelola.
4. Publik Pengunjung
Dalam suatu proses pengambilan gambar beberapa program acara tertentu, sering kali memungkinkan adanya kehadiran penonton. Penonton tersebut merupakan publik pengunjung yang berstatus undangan maupun umum. Sebagai bangunan dengan kegiatan yang bersifat privat (tertutup), maka ruang gerak dari pengunjung juga dibatasi agar tidak mengganggu kegiatan-kegiatan yang lain.
5. Pegawai Administrasi dan Karyawan
Merupakan para pegawai yang berkecimpung dalam kegiatan tata usaha administrasi dan redaksi, serta para karyawan yang bekerja menunjang pengelolaan kantor media cetak. Organisasi pengelola kantor media cetak meliputi:
Tabel 3.3 Organisasi Pengelola kantor media cetak
ADMINISTRASI PERKANTORAN | ADMINISTRASI UNTUK MEDIA BERITA |
Direktur General manager Divisi pemasaran Divisi iklan Divisi keuangan Divisi Percetakan | Bagian Redaksi Bagian Pelaksana Bagian Koordinator Liputan Bagian Redaktur Bagian Reporter |
F. Program Ruang
1. Kegiatan dalam Media cetak
Secara umum, kegiatan dalam suatu bangunan media cetak dapat dikelompokkan atas 4 kelompok kegiatan, yaitu: kegiatan perkantoran, kegiatan produksi, kegiatan operasional, dan kegiatan penunjang.
a. Kegiatan Perkantoran
Dimana kegiatan yang terdapat didalamnya berupa kegiatan tata usaha administrasi perkantoran dan administrasi penyiaran. Unit perkantoran ini meliputi ruang-ruang kantor baik berupa ruang kerja pribadi (direktur, wakil direktur, sekretaris, kepala bagian, dan kepala sub bagian) maupun ruang kerja bersama (staff).
Perancangan ruang-ruang perkantoran perlu pengaturan yang baik agar efisien dan dapt menciptakan suasana kerja sama (team work) yang baik antara berbagai bagian (divisi). Fleksibilitas ruang juga diperlukan untuk pengaturan dalam penambahan atau pangurangan suatu divisi tertentu.
b. Kegiatan Produksi
Kegiatan yang ada dalam proses produksi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
1) Pra-produksi (perencanaan), diantaranya penaungan ide ke dalam outline, pembuatan Berita/skrip dan sebagainya.
2) Produksi (Percetakan), berupa keseluruhan kegiatan Dalam melakukan percetakan koran.
3) Pasca produksi (Percetakan), merupakan semua kegiatan setelah percetakan di bawah keruang sirkulasi dan dilakukan pengepakan untuk dibagikan ke loper dan penjual koran.
c. Kegiatan Operasional
Meliputi kegiatan operasional Media cetak berupa pengontrolan pelaksanaan kegiatan olah berita sekaligus pelaksanaan Produksi percetakan. Seluruh kegiatan operasional berlangsung dalam area pusat Kantor media cetak.
Hubungan antara kegiatan produksi dan kegiatan operasional sangat erat dimana keduanya saling berhubungan dalam bentuk hubungan pelaku (para teknis) dan hubungan elektronis dan mesin(kesatuan jaringan sistem peralatan elektronik dan mesin). Baik kegiatan produksi maupun operasional keduanya membutuhkan suasana bebas bising, karena itu, harus merupakan daerah yang bersifat privat, dimana untuk ruang-ruang kedua kegiatan tersebut tidak sembarang orang dapat masuk. Yang dapat masuk hanya petugas teknisi, Karyawan Redaksi, maupun pengunjung yang diundang dan telah memiliki kartu izin masuk.
d. Kegiatan Penunjang
Terdiri dari kegiatan penunjang produksi, kegiatan penunjang pengelolaan Kantor media cetak serta kegiatan penerimaan publik.
1) Kegiatan penunjang produksi, berupa kegiatan Penyiapan berita sampai ke percetakan koran.
2) Kegiatan penunjang pengelolaan, yaitu makan dan minum pegawai, peribadatan, pemeliharaan dan penyimpanan alat, dan lain-lain.
3) Kegiatan penerimaan publik, berupa menerima tamu/publik, sponsor dan lain-lain.
2. Kebutuhan Massa Bangunan
Dilihat dari jenis kegiatan yang berlangsung dalam sebuah media cetak, maka ruang-ruang yang ada dapat dikelompokkan dalam massa-massa bangunan sebagai berikut:
· Massa bangunan administrasi.
· Massa bangunan redaksi
· Massa bangunan percetakan
· Massa bangunan mekanikal elektrikal
· Massa bangunan Iklan
· Masa bangunan pemasaran
· Masa bangunan gudang
· Masa bangunan meeting redaksi
· Masa bangunan meeting manager
· Masa bangunan tempat sholat
· Masa bangunan tempat santai
· Masa bangunan sirkulasi
Pengelompokan massa-massa bangunan ini sendiri juga dipertimbangkan dari hal-hal antara lain: faktor kenyamanan, keamanan, fungsi terhadap massa bangunan serta dalam perencanaan tapak dan ruang luar walaupun tidak menutup kemungkinan kesemuanya berada dalam satu bangunan.
3. Kebutuhan Ruang
a. Dasar Pertimbangan
· Kebutuhan ruang berdasarkan program kegiatan yang berlangsung, yang akan menentukan fungsi dan pengaturan ruang.
· Kebutuhan ruang berdasarkan pelaku kegiatan, sifat dan pola aktivitas dari pelaku kegiatan tersebut.
b. Persyaratan Umum Ruang
· Dapat menampung seluruh kegiatan, baik untuk bidang administrasi maupun produksi berita.
· Ruangan memiliki sirkulasi yang baik dan space yang cukup luas untuk memberikan kebebasan bergerak dengan pertimbangan kapasitas maksimal yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
· Tampilan bentuk yang dapat mencerminkan fungsi objek.
c. Persyaratan Khusus Ruang
· Persyaratan khusus ini menyangkut tentang persyaratan teknis ruangan, meliputi kenyamanan, pencahayaan, akustik, dan penghawaan.
G. Studi Besaran Ruang
Tujuan
Untuk mendapatkan optimalisasi pemenuhan kebutuhan ruang yang efektif dan efisien.
Dasar Pertimbangan
· Jumlah pemakai
· Jenis aktivitas
· Fungsi dan jenis ruang
· Asumsi yang dipakai
Tabel 3.5 Besaran Ruang
1. Ruang-ruang Bagian Untuk sebuah media cetak Koran 16 halaman
Nama Ruangan | Kapasitas | Standard Ruang | Karakter & Sifat Ruang | Luas Ruangan (m2) |
Rg. Direktur | 2 orang | (asumsi) | Tenang, private | 25 m2 |
Rg. Redaksi | 30 orang | (asumsi) | Tenang, private | 130 m2 |
Rg. Ruang Lobby | 6 orang | (asumsi) | Service | 30 m2 |
Rg. Meeting | 30 orang | (asumsi) | Tenang, private | 180 m2 |
Rg. Iklan | 2 orang | (asumsi) | Semi Publik | 3x5=15m2 |
Rg. Pemasaran | 2 orang | (asumsi) | Semi publik | 3 x 5= 15 m2 |
Rg. keuangan | 4 orang | 6 m2/orang | Tenang, private | 4 x 6 = 24 m2 |
Rg. Resepsionis / Sekuriti | 2 orang | (asumsi) | Service | 4 x 6 =24 m2 |
Rg. Gudang | | (asumsi) | Private | 6 x 5 = 30 m2 |
| | | | |
| | | | |
Rg. Even Organiser | 4 orang | (asumsi) | Semi Publik | 24 m2 |
| | | | |
Rg. Pantry / Ovice Boy | | (asumsi) | Service | 3 x 3 = 9 m2 |
Rg. Santai | | (asumsi) | Semi Publik | 4 x 4 = 16 m2 |
Rg. Sirkulasi | | (asumsi) | Ramai dan publik | 4 x 5 = 20 m2 |
Rg. Percetakan | 4 orang dan 4 mesin | (asumsi) | Private | 15 x 20 = 300 m2 |
Rg. Ovice Boy (OB) | 4 orang | (asumsi) | Service | 4 x 5 = 20 m2 |
Rg. Kamar mandi /WC/Toilet | | (asumsi) | Private | 27 m2 |
| | | | |
Musholla + Ruang wudhu | | (asumsi) | Tenang, semi private | 33 m2 |
| | | | |
Jumlah Sirkulasi 20 % TOTAL | 919 m2 183.6 m2 795.6 (800) m2 |
Jadi,Total luas lantai (TLL) = 800 m2
Keterangan :
A. Harian Gorontalo Post
B. Data Arsitek,
H. Konsep Dasar Rancangan
Konsep dasar yang digunakan dalam perencanaan objek berdasarkan filosofi objek adalah sebagai berikut:
1. Informatif
Dimana objek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, dengan menghasilkan suatu program Berita yang dapat memberikan informasi secara cepat dan akurat.
2. Komunikatif
Objek rancangan dapat menjadi sarana komunikasi bagi masyarakat pemakai, menjadi penghubung antara masyarakat dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan pemerintah.
3. Edukatif
Objek dapat menghasilkan suatu program acara yang mendidik dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan dengan tidak meninggalkan budaya yang ada.
4. Rekreatif
Objek dapat memberikan suasana santai dan menghibur dari dari berita-berita yang dibuat.
5. Komersil
Objek bersifat komersial, dimana terdapat aspek bisnis di dalamnya, diantaranya adalah pihak-pihak yang menawarkan iklannya untuk di muat di koran..
Karakter utama dari sebuah kantor Media Cetak adalah sebagai wadah pelayanan dalam rangka memberikan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi serta sebagai sarana untuk berkomunikasi secara cepat dan akurat, dan untuk jangkauan luas, maka objek ini memiliki karakter fungsi sebagai berikut:
1. Terbuka untuk umum, untuk zona pelayanan jasa yang berhugungan langsung dengan masyarakat, beberapa fasilitas yang disediakan dan digunakan pada program Berita tertentu dengan mengundang peran serta masyarakat, misalnya program SMS membangun.
2. Tertutup untuk umum, untuk jenis kegiatan didalam Ruang redaksi yang membutuhkan ketenangan dalam operasionalnya, meliputi kegiatan pembuatan berita.
3. Pemisahan zoning yang jelas terhadap zoning yang bersifat terbuka (Public dan Semi Private), dan untuk zoning yang bersifat tertutup (Private dan Service). Konsep ini juga diterapkan pada pola sirkulasi di dalam maupun di luar bangunan.
4. Penanganan struktur bangunan yang kokoh untuk dapat menopang beban bangunan dan beban alam.
5. Konsep umum yang harus diperhatikan dalam perancangan objek untuk dapat mencapai tujuan menciptakan suatu wadah yang dapat menampung semua aktivitas di dalamnya dan memenuhi syarat standar sebuah media cetak, maka penekanan proyek ditegaskan pada ruang-ruang di dalamnya dan penyelesaian akustik yang baik.
I. Konsep Dasar Bentuk
Secara umum bentuk-bentuk arsitektur merupakan hasil adaptasi dari bentuk-bentuk dasar murni, yang oleh Francis D.K. Ching bentuk-bentuk dasar/murni itu terdiri atas:
Tabel 3.6 Konsep Dasar Bentuk
BENTUK | SIFAT | OLAHAN RUANG |
Serentetan titik-titik yang disusun dengan dalam olahan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik | · Rileks dan santai · Jika ditempatkan suatu lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat alamnya sebagai poros. · Jika menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut di sekitar bentuk lingkaran dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat | · Pergerakan leluasa. · Agak sulit dalam olahan ruang. |
Sebuah bidang datar yang mempunyai 4 buah sisi yang sama penjang dan 4 buah sudut 900. | · Memberi kesan formal dan kaku. Memberi kesan tertib dan teratur. Menghadirkan kesan dinamis, stabil, statis, dan rasional. | · Mudah. · Ruang terpakai secara efisien. · Sirkulasi mudah. |
Sebuah bidang datar yang dibatasi oleh 3 buah sisi dan mempunyai 3 buah sudut | · Menghadirkan kesan stabil dan dinamis. · Jika terletak pada satu sisi merupakan bentuk yang stabil dan seimbang. · Pada keadaan sangat kritis akan tampak tidak stabil dan cenderung jatuh. | · Adanya sudut yang banyak, akan membuat ruang tidak terpakai secara efektif. · Sirkulasi kurang leluasa. |
Konsep gubahan bentuk didasarkan pada bentuk-bentuk dasar yang ada yang dikombinasikan hingga membentuk pola geometri yang khas. Selain itu proses gubahan bentuk ini merupakan proses yang didasarkan pula pada pertimbangan lingkungan sekitar, baik ditinjau dari sirkulasi, view, dan lain-lain.
Secara garis besar proses gubahan bentuk dari satu bentuk dasar menjadi satu masa bangunan yang vertikal:
Gambar 3.13 Gubahan bentuk
I. Sistem Struktur
Dalam proses penetuan sistem struktur, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
· Kondisi tanah.
· Mudah dalam pengerjaan, ekonomis, dan praktis dalam pemeliharaan.
· Struktur dapat dipertanggungjawabkan dari segi keamanan.
· Dapat menahan beban antara lain: beban angin, beban gempa, dan sebagainya.
· Bentuk dan besaran ruang yang direncanakan pada objek rancangan.
· Dimensi kolom ditentukan berdasarkan ketinggian bangunan, jarak bentangan, dan daya dukung tanah.
Mudah mendapatkan material struktur dan tenaga kerja.
· Daya tahan struktur terhadap gempa dan iklim.
· Sirkulasi dalam bangunan.
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka rencana pemilihan struktur bangunan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Faktor Pemilihan Struktur Bangunan
No. | Faktor | Bahan | ||
Beton | Baja | Komposit | ||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. | Sifat Kekuatan Daya Tahan a. Terhadap Api b. Terhadap Cuaca Pemasangan Waktu dan pelaksanaan Macam Elemen yang di bentuk | Mudah dibentuk Kuat terhadap tekanan Dapat mencapai sushu 100-4500C Non Korosi Angka pemuaian kecil Oleh tenaga ahli menengah Dikerjakan secara bertahap Tergantung pada cuaca System cetak di tempat Beton bertulang Beton pra cetak Balok Kolom Dinding Lantai | Kaku, bentuk tertentu Kuat terhadap gaya tarik Dapat mencapai suhu 2500C Korosi Angka pemuaiannya besar Harus dengan tenaga ahli Dapat dalam waktu singkat Tidak tergantung cuaca Elemen dibuat di pabrik Macam-macam ukuran dan bentuk Balok kolom | Kaku Kuat terhadap gaya tarik dan tekan Cukup tahan terhadap api Tergantung variasi bahan pembentuknya Harus dengan tenaga ahli Dapat dalam waktu singkat Tergantung pad cuaca Tergantung dari variasi Banyak peluasan variasi Balok Kolom Dinding Lantai |
J. Lower Struktur
Pemilihan sistem pondasi harus memenuhi kekokohan dalam menerima beban dan gaya yang bekerja kepadanya. Secara garis besar tipe-tipe pondasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Tipe-tipe Pondasi
No. | Tipe Pondasi | Pondasi | Kelebihan | Kekurangan |
1. | Pondasi titik | Pondasi tiang pancang | · Tahan pada gempa dengan intensitas kecil · Dapat menahan · Gaya tekan · Tidak memerlukan pekerjaan galian karena tiang-tiang langsung ditancap ke tanah · Letak lapisan tanah kasar berada jauh (± 6-10 m) · Digunakan pada lapisan tanah lunak · Materialnya dapat berupa kayu, beton, baja, dan gabungan | · Biaya pengerjaan relatif mahal, khususnya bila menggunakan material baja. · Pertimbangan alat yang tersedia · Menimbulkan getaran dan kebisingan pada lingkungan sekitar |
2. | Pondasi garis | Pondasi jalur/pondasi tapak | · Cukup efektif menahan gempa · Digunakan pada lapisan tanah yang cukup keras · Biaya pengerjaan relatif tidak mahal · Pengerjaannya cepat · Penggunaan peralatan yang memadai | · Tidak bisa digunakan pada bangunan berlantai banyak (lebih dari 5) |
3. | Pondasi bidang | Pondasi rakit | · Cocok pada daerah yang labil (daya dukung tanah kecil atau daerah yang sering bergetar) · Digunakan pada daerah rawa | · Penggunaannya digabungkan dengan pondasi lain agar lebih baik fungsinya · Biaya pengerjaan relatif mahal · Pengerjaan di lapangan membutuhkan tenaga ahli dan peralatan yang memadai |
4. | Pondasi ruang | Pondasi sumuran | · Cocok untuk daerah dengan intensitas gempa yang besar · Digunakan apabila lapisan tanah keras antara 2-8 m di bawah muka tanah · Memudahkan pendirian bangunan di daerah berkontur tidak rata | · Biaya pengerjaan cukup mahal · Teknik pengerjaan memerlukan kontrol yang baik |
Dalam perencanaan objek media cetak ini, dimana lokasinya berada pada daerah yang sebagian lahan telah mengalami penimbunan dengan kondisi tanah yang cuckup labil, maka pemilihan struktur bagian bawah yang akan digunakan adalah jenis pondasi telapak yang dikombinasikan dengan sumuran.
K. Main Struktur
Semua bangunan yang terletak di atas tanah disebut sebagai Main Struktur, yang secara garis besarnya berupa dinding dan atap bangunan.
1. Dinding
Tabel 3.9 Material Dinding
No. | Material | Kelebihan | Kekurangan |
1. | Kaca | · Bersifat transparan · Estetis · Bahannya tipis | · Mudah retak · Harganya mahal |
2. | Multiplex | · Bahannya ringan · Mudah pemasangannya | · Mudah terbakar · Tidak tahan air |
3. | | · Tidak mahal · Tidak mudah terbakar · Bahannya tidak terlalu berat | · Mudah retak |
4. 5. | Batu Bata Batu alam | · Tidak mudah terbakar · Pengerjaannya mudah · Harganya tidak terlalu mahal · Dapat menahan suhu dan bunyi dengan baik · Mudah di buat texture | · Bahannya cukup berat · Bahannya cukup berat |
2. Atap
Tabel 3.10 Material Atap
No. | Material | Kelebihan | Kekurangan |
1. | Kayu | · Ringan · Mudah dan praktis dalam pemasangan · Murah · Mudah didapat | · Tidak tahan lama · Mudah lapuk · Mudah terbakar |
2. | Beton | · Kuat · Tahan lama · Mudah didapat | · Berat dan mahal · Beban atap cukup berat · Lemah terhadap gaya tarik |
3. | Baja | · Kuat terhadap gaya tekan dan gaya tarik · Dapat digunakan pada bentangan yang cukup lebar | · Mahal · Berat · Tidak tahan panas/api |
3. Material Penutup Atap
Tabel 3.11 Material Penutup Atap
No. | Material | Kelebihan | Kekurangan |
1. | Seng | · Ringan · Mudah dibentuk · Murah | · Mudah berkarat · Tidak efisien |
2. | Genteng | · Ringan · Tahan terhadap perubahan cuaca · Murah | · Mudah pecah dan bocor · Agak sulit dibentuk · Kurang estetis untuk bentangan besar |
3. | Plat Aluminium | · Ringan · Praktis · Mudah dibentuk · Tahan lama · Estetis · Tahan api | · Mahal |
4. | Plat Beton | · Kuat · Tahan lama · Mudah dibentuk · Tahan terhadap perubahan cuaca | · Mahal · Berat · Tidak praktis dalam pemasangan |
Dari beberapa analisa di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
§ Untuk material penutup dinding yang digunakan adalah batu bata dan kaca guna mendapatkan ketahanan fisik yang baik. Khusus pada ruang-ruang studio produksi, terdapat dua lapis dinding dengan rongga udara diantaranya sebagai persyaratan akustik.
§ Untuk material atap dan penutup atap yang diterapkan pada objek sebagian besar adalah plat beton.
§
L. Sistem Utilitas
Pada perancangan objek, hal lain yang harus diperhatikan adalah sistem utilitas yang merupakan saran penting dalam tugas operasional, yang terdiri dari:
1. Sistem Jaringan Listrik
Tenaga listrik utama pada objek berasal dari PLN (Prusahaan Listrik Negara), sedangkan untuk sumber listrik cadangan berasal dari generator/diesel pembangkit listrik yang akan secara otomatis bekerja apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN, begitu juga sebaliknya.
Gambar 3.14 Distribusi Listrik
2. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada ruangan menggunakan pencahayaan alami melalui bukaan-bukaan pada ruangan, orientasi ruang dan bangunan, dan penggunaan material kaca yang dominan. Sedangkan untuk pecahayaan buatan khususnya digunakan pada ruang-ruang yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, terutama untuk ruangan redaksi yang tidak memungkinkan adanya bukaan untuk pencahayaan alami.
Khusus untuk ruang Percetakan, jenis lampu yang digunakan adalah lampu khusus untuk Percetakan, digantung pada setiap sudut ruang percetakan. Dan ditambah dengan lampu ultra violet pada ruang Paste Up.
3. Sistem Jaringan Air Bersih
Penyediaan air bersih dalam bangunan disuplay dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Sumber air bersih tadi ditampung dalam water tank (tangki-tangki air) yang terletak di bawah, kemudian dipompa ke tangki-tangki penampungan air yang terletak di bagian atas bangunan (top floor), untuk kemudian didistribusikan ke tiap lantai untuk digunakan pada toilet, dapur restaurant, sistem penghawaan dan pemadam kebakaran.Sebagai sumber cadangan akan disediakan sumur bor dengan unit pengolahan air bersih.
Gambar 3.15 Distribusi Air Bersih
4. Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan ini terbagi atas beberapa bagian yaitu sistem pembuangan air kotor, pembuangan air hujan dan pembuangan sampah.
a. Pembuangan Air Kotor
Air kotor berasal dari dapur restaurant, wastafel dan kamar mandi atau toilet dialirkan melalui saluran terbuka dan tertutup ke riol kota. Sedangkan kotoran padat berasal dari kloset langsung dialirkan ke septictank kemudian air limbahan dialirkan ke dalam sumur resapan.
b. Pembuangan Air Hujan
Air hujan dialirkan ke luar tapak melalui saluran-saluran yang telah disediakan dalam tapak, untuk kemudian dialirkan ke saluran induk kota/riol kota. Untuk saluran tertutup, pada jarak tertentu diletakkan bak pengontrol untuk mencegah bahaya tersumbat.
c. Pembuangan Sampah
Sampah terbagi atas sampah basah, sampah kering, sampah yang dapat didaur ulang (organik) dan sampah yang tidak dapat didaur ulang (unorganik). Untuk pembuangan sampah diletakkan tempat-tempat sampah yang telah disediakan, kemudian dikumpulkan dan dibuang ke bak sampah di luar bangunan, untuk kemudian diproses dengan cara dibakar atau diangkut oleh kendaraan sampah dan dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Gambar 3.16 Sistem Pembuangan Sampah
5. Sistem Penghawaan
Dalam menentukan jenis penghawaan yang digunakan, didasarkan pada pertimbangan:
· Kondisi lingkungan
· Jenis aktivitas
· Kapasitas dan sifat ruang
Sistem penghawaan pada objek terbagi atas dua, yaitu penghawaan alami dengan mengandalkan bukaan-bukaan pada ruangan, dan sistem penghawaan buatan dengan menggunakan pengkondisian udara (Air Conditioning/AC), yang terbagi atas 2 sistem, yaitu:
a. Sistem AC Central
Digunakan pada ruang-ruang studio, announcer booth, ruang PST, ruang CST, ruang editing, ruang Master Control, ruang transmisi, ruang VTR, dan ruang-ruang lainnya yang berhubungan langsung dengan studio produksi, peralatan produksi dan peralatan pemancar. Suhu dalam ruangan-ruang tersebut harus tetap stabil antara 180-200 C, yang digunakan khusus untuk peralatan karena akan berpengaruh terhadap kerja dan umur peralatan tersebut.
b. Sistem AC Split
Digunakan pada ruang-ruang pengelola, ruang karyawan/staff, ruang make up, ruang ganti, ruang-ruang umum, dan restaurant.
Fungsi AC sendiri adalah:
· Mengatur temperatur ruang
· Mengatur kelembaban atau kadar air dalam udara
· Mengatur sirkulasi udara
· Membersihkan udara
Gambar 3.17 Skema kerja AC
6. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan pada objek ini terbagi dalam dua bagian, yaitu:
· Private Automatic Branch Exchange (PABX), yaitu sistem jaringan telepon yang menggunakan operator sentral yang bertugas untuk menyalurkan sambungan telepon dari dan ke objek pada setiap massa bangunan dan setiap ruang yang dituju. Sistem ini juga berfungsi sebagai intercom.
Gambar 3.18 Sistem Telepon PABX
· Jaringan telepon dengan sistem sambungan (direct line).
7. Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran merupakan bagiang dalam sebuah sistem utilitas. Hal ini mutlak diperlukan demi keamanan dalam melaksanakan aktivitas pada sebuah bangunan. Sebagai upaya awal maka sedapat mungkin dalam pemilihan material bangunan menggunakan sedikit material yang mudah menyala, atau menggunakan material yang tahan api.
Untuk menanggulangi adanya bahaya kebakaran, setiap ruangan dilengkapi dengan tabung CO2 dengan letak yang strategis. Tabung CO2 juga merupakan alternatif terutama pada bangunan/ruang yang memiliki peralatan khusus berupa peralatan elektronik yang tidak boleh terkena air. Selain itu, sistem pemadam kebakaran mekanis dengan sistem pemadam langsung berupa ketersediaannya sprinkler yang akan memancarkan air secara otomatis setelah mendapat sinyal dari detektor asap (Smoke Detector) yang sekaligus mengirim tanda bahay kebakaran ke ruang control. Sprinkler itu sendiri diletakan pada plafond bangunan dengan jarak maksimum 3 meter, dan suplay air untuk sprinkler diambil dari penampung air. Diluar bangunan di tempatkan fire hydrant dengan jarak 50 meter.
Gambar 3.19 Sistem Pemadam Kebakaran
M. Penataan Ruang Luar
Berdasarkan fungsi objek yang merupakan bangunan yang berhubungan dengan banyak orang dalam fungsi pelayanannya, maka diperlukan suasana yang nyaman dalam melakukan aktivitas. Penataan ruang luar yang apik sangat diperlukan, disamping karena tuntutan ruang luar, tapi juga karena aktivitas produksi sendiri terkadang dilakukan dalam ruang terbuka. Dalam menciptakan suasana tersebut, maka konsep ruang luar yang digunakan adalah:
a. Ruang luar yang dibuat harus memperhatikan lingkungan sekitar tapak, agar dapat diciptakan pola dan suasana yang berhubungan dan sesuai dengan yang diinginkan.
b. Menggunakan tanaman sebagai salah satu unsur ruang luar yang berfungsi sebagai pananda adanya aktivitas, panghias, serta pengarah sirkulasi. Untuk menghasilkan suasana itu dapat digunakan jenis pohon cemara atau palem botol. Sedangkan untuk menciptakan suasana enclosure yang berfungsi sebagai buffer maka digunakan jenis tanaman berdaun lebat seperti kirai payung.
c. Dalam menghadirkan sebuah pola ruang luar yang baik, juga perlu diperhatikan elemen-elemen ruang luar seperti:
· Pedestrian Way, sebagai jalan penghubung antar massa yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.
· Immediacy, merupakan elemen ruang luar yang bersifat kontrol tapi menghasilkan kesan akrab dan ramah yang juga berfungsi sebagai pengarah visual, peneduh, dan sebagai isolator terhadap debu dan suara yang mengganggu.
· Hazard, berupa penggunaan pagar atau elemen pemisah, seperti pohon, yang berfungsi sebagai pengaman dari tempat-tempat yang bersifat privat.
· Possession Movement, biasa digunakan pada jalur bagi kendaraan atau pejalan kaki sehingga ada perbedaan antara kedua jalur tersebut dengan menggunakan jenis material yang berbeda.
· Vocal Point, sebagai titik tangkap agar orang sadar akan situasi sekitar, serta memperhatikan situasi yang ada disana juga memberitahukan kepada orang bahwa dia telah sampai pada tujuan. Elemen ini berfungsi sebagai simpul pusat pertemuan dan pengatur sirkulasi.
KESIMPULAN
Setiap daerah pasti ingin memiliki Media Cetak sendiri, agar lebih mudah dalam memberikan berita-berita seputar daerah tersebut.
Seperti di daerah Gorontalo khususnya yang telah memiliki sebuah Media Cetak Gorontalo Post, tetapi belum memenuhi standar. Maka, direncanakanlah sebuah Media Cetak yang memenuhi standar untuk sebuah kantor media cetak yang layak huni.
Untuk merencanakan sebuah Media Cetak haruslah diperlukan data-data yang lengkap agar bisa mendapat suatu hasil rancangan yang baik dan memadai.
Penerapan konsepsi yang sudah ditentukan dalam rancangan fisik bangunan nanti, tidak semuanya sama dengan apa yang ada. Yang berarti rancangan tersebut akan menyimpang sedikit, tetapi penyimpangan tersebut tidak akan berpengaruh.
DAFTAR RUJUKAN
Media Cetak Gorontalo post dan Media Cetak Jawa Post
LAMPIRAN
GAMBAR | KETERANGAN | ||||
300 300 | 5 org x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 sofa L 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
300 300 | 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer | ||||
| 4 orang x 3,67 1 meja kerja 0,6x1,5 1 kursi kerja 0,5x0,5 2 kursi tamu 0,5x0,5 1 lemari file 1 meja komputer |